Ini nih, pemandangan aku selama di
jogja, terutama di Borobudur. Walau udah lama, aku kangen kesana. Naik ke sana,
muka gosong parah, jalan yang awalnya panas terik malah hujan lebat, dan lain
lain nya lah. Tapi aku bukan mau ngebahas itu. Aku ngebahas, sekitar kita. Iya,
ini biasa kita temui dimana aja, mau dikupang, Surabaya, jogja, bali, Jakarta,
atau manalah. Pasti ini ada. Penjual kaki lima atau apalah itu. Pasti ada kan
ya.
Beberapa
gambaran itu adalah penjual yang aku
temui di Borobudur setelah turun dari sana. Banyak banget astaga. Bukan hanya
10. Bahkan ratusan! Tapi mereka ngejual paling nawar doang dan santai. Gak
kayak pemandangan di awal masuk Borobudur. Astaga. Itu penjualnya ngejar
ngejar-_- di satu sisi aku seneng dikejar. Tapi makin lama kok annoying ya,
apalagi mama pernah tuh beli topi. Dikejarlah sama semua orang. Ugh. Tapi
disitu aku akhirnya ngerti rasanya artis kalau dikerubutin. Apalagi suju pas
mau konser, pasti kaburnya lewat terminal lain supaya jangan dikerubutin sama
elf. Ini nyambung kemana sih-_-
Kemudian,
dari sini juga akhirnya aku tahu kalau nyari uang tuh gagampang tjuy. Kirain
daun apa metik metik. Sekaya apa pun seseorang, itu pasti dibelakangnya kerja
keras. Korupsi juga kan. Kerja keras disogok atau nyogok, kerja keras kabur
dari kpk, ending endingnya? Merasakan dingin nya penjara. Walau yang ngebedain
itu kekayaan sang korupsi itu dari hasil kerja kilat. Usahanya kecil, tapi
korupnya gede. Lihatlah pak chairil tanjung, bolehlah dia kaya sekarang. Dulu?
Kerja keras dulu. Jadi hidup itu gak gampang! Makanya gunakan uang sebaik
mungkin, selama kita itu masih dikasih kesempatan jadi orang mampu, dan bukan
sekarang kita berusaha bekerja. Tapi someday, setelah kita gede nanti itu
kewajiban. Masa udah gede masih dibeliin? Astaga
Ketiganya,
aku bersyukur orang tua aku pekerjaan nya bisa sebagus –walau bukan kayak di
cerita orang bahagia itu ayahnya selalu pejabat perusahaan- dan setidaknya bisa
ngesekolahin aku dan adik kecil aku itu yang tengil., bisa ngebahagiain
kita, dan hidup tanpa kekurangan. Bayangkanlah kalau seandainya itu orang tua
kita dan gak ada namanya sekolah, gak ada tempat tidur empuk. Semua hilang. Gak
mau kan? Ngebayangin aja ngeri, makanya bersyukurlah. Udah dikasih mama papa
yang sempurna, bersyukur. Jangan ngebash orang tua. Jangan kayak fandom antar
fandom ngebash sampai mulutnya gak dijaga. Bentar… ini ngomong apasih-_-
Bahagialah
karena kita gak diposisi mereka sekarang. Peduli lah pada sekitar kita. Walau
mereka pedagang, bukan berarti mereka kaum rendah. Hey yo, ini bukan era
prasejarah ada perbedaan derajat. Kita sama sama memijaki dunia yang sama,
Indonesia yang sama, dan tentu kita makan nasi walau banyak lebih suka singkong(?).
hargai, apresiasikan mereka, dan jangan anggap mereka rendahan. Udah, itu aja.
lagian mereka juga punya hak hidup di negeri kita, selama mereka gak melanggar
apa yang sudah ada. Hihi, macam pejabat aja aku ini-_-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar