Kamis, 22 Januari 2015

Sendirian



Kadang, aku lelah sok jadi kuat. Sok jadi bisa dan punya banyak teman. Nyatanya, aku bukan cewek yang seperti itu. Aku berkedok kuat, tetapi tetap terlihat percuma
Teman, sulit menurutku untuk semuanya yang udah kulaluin. Sendirian, berasa ramai tapi nyatanya aku sendiri. Aku terasingkan, sendiri. Dikatai dar belakang. Dan tanpa sadar kami saling menusuk satu sama lain. Bully. Bukan juga. Aku merasa bahwa aku tidak disukai tetapi tetap dikatai oleh mereka. Aku capek kadang. Harus pura pura jadi kuat. Boleh aku ngeluh yang sebenarnya? Saat kadang aku harus mengangkat diriku menjadi benar benar diriku sendiri. Apa hanya aku saja yang disalahkan? Aku letih sungguh. Saat aku udah ngertiin dia tapi gak pernah bisa ngerti aku balik. Aku berasa kayak percuma di asrama kalau aku sendiri diginiin. Percuma jabatan yang baik tapi aku ditusuk. Ya aku tau everyone has the own drama. Tapi kayak capek aja. Aku yang terlalu sok tau, aku yang cerewet dan lainnya. Inget? Nobody perfect. Percuma kalau dalam keramaian pun aku sendiri. Hampa, kosong. Aku rindu semua yang ada di rumah. Aku rindu apa yang menjadi kebebasanku. Tapi apakah mereka ngerti bahwa berapa banyak kesempatan yang ada untuk aku bebas tapi aku korbankan untuk semuanya? Gak kan. Kadang aku sendiri mengakui kalau aku kekanak kanakan. Ngasal omong dan apalah. Serba salah. Aku gak bisa jadi orang lain untuk diri ku sendiri. Tapi aku letih untuk semua yang kulakuin. Dan aku tahu semuanya percuma. Sadar akan kata seseorang entah siapa. Mereka dekat dengan kita agar sakitnya semakin dalam. Tetapi dalam penderitaan ini, hanya ada mereka yang setia. Mama dan ayahku, dan Tuhan. Aku gak tau berapa banyak air mata yang udah mereka lihat dan berapa lama aku nahan sakit sendirian. Aku percaya, Tuhan melatihku menjadi pribadi yang makin baik. Dan aku percaya… bahwa 1 tahun kedepan aku bisa laluin. Satu tahun lagi. Aku hanya harus meyakinkan diriku sendiri bahwa aku mampu. Dan kuat. Itu aja.

Don’t trust anyone. Trust God.

Tidak ada komentar: